SEBUAH
KISAH NYATA, .. ALLAH TUMBUHKAN LAGI RAHIM UNTUK-KU ...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim
... Apa jadinya bila wanita terpaksa harus kehilangan rahimnya? Kenyataan pahit
ini saya alami sendiri. Dokter kandungan memutuskan untuk mengangkat rahim saya karena myoma yang bersarang di dalamnya. Saya
langsung limbung, pikiran mendadak linglung. Saya tak sanggup membayangkan
harus kehilangan mahkota saya di usia 29
tahun. Hingga
suatu ketika,
Allah menyadarkan saya lewat bencana tsunami Aceh pada Desember
2004. Saya terhenyak melihat kapal laut dengan berat berton-ton bisa terhempas
dari laut ke daratan di tengah kota, dan banyaknya korban yang bergelimpangan
akibat dahsyatnya terjangan tsunami. Allahu Akbar! Allahu ‘ala kulli syai’in
qodiir!
Sejak
kejadian itu, saya berpikir kenapa saya harus takut kehilangan rahim yang
jelas-jelas ciptaan Allah? Bila memang sudah ketentuan-Nya rahim ini harus
diangkat maka yang harus saya lakukan hanyalah ikhlas.
Akhirnya, di awal 2005 saya mantap menjalani operasi pengangkatan rahim. Sebelumnya, saya berusaha menyelesaikan semua pekerjaan saya. Sebab umur tidak ada yang tahu, kalau ajal menjemput saya pada saat operasi, setidaknya saya sudah menunaikan tanggung jawab saya.
Akhirnya, di awal 2005 saya mantap menjalani operasi pengangkatan rahim. Sebelumnya, saya berusaha menyelesaikan semua pekerjaan saya. Sebab umur tidak ada yang tahu, kalau ajal menjemput saya pada saat operasi, setidaknya saya sudah menunaikan tanggung jawab saya.
Tanpa
terasa, sebulan pasca operasi berlalu. Saya jalani hari demi hari dengan penuh
kepasrahan. Saya ikhlas ketika menyadari tak bisa lagi menstruasi. Pupusnya
rencana memberi adik untuk anak semata wayang pun saya berusaha menerimanya
dengan lapang hati.
Tapi
tak bisa dipungkiri, tanpa rahim di tubuh membuat saya merasa tak berharga di
hadapan suami. Ketika saudara atau kerabat menanyakan kapan kemungkinan saya
memiliki anak lagi, hati saya tertoreh. Wallahu 'alam, hanya itu yang bisa saya
gumamkan.
Namun,
diam-diam hati ini masih menyimpan harapan. Setiap usai shalat saya berdoa, “Ya
Allah tak ada yang mustahil bagi-Mu untuk menyempurnakan kembali fisik hamba
ini. Amin” Saya panjatkan doa itu sambil membayangkan tayangan tsunami Aceh di
televisi yang memperlihatkan betapa mudahnya bagi Allah menciptakan dan
menghancurkan sesuatu bila Dia telah berkehendak.
Dua
bulan kemudian, sebuah keajaiban terjadi. Subhanallah, saya menstruasi!
Langsung saja saya periksa ke dokter. Melihat kondisi saya, dokter heran.
Sebab, darah yang keluar benar-benar darah haid. Padahal secara medis setelah
rahim diangkat tidak mungkin lagi saya bisa menstruasi, apalagi hamil. Saya
pulang dan bersyukur atas anugerah yang Allah berikan. Tak hentinya saya
mengucap, “Wallahu‘ala kulli syai’in qodir.”
Saya
lalui hari dengan penuh syukur, sampai suatu saat menstruasi saya tak kunjung
datang lagi. Kekhawatiran muncul, apakah sudah saatnya saya benar-benar tidak
subur seperti wanita lain?
Saya
kembali ke dokter dengan dag-dig-dug walau tetap pasrah apa pun yang terjadi.
Tapi tahukah pembaca? Air mata ini seperti berebut keluar ketika mendengar
diagnosa dokter, saya dinyatakan positif hamil! Subhanallah! Dari hasil USG
terlihat rahim dan ovarium saya utuh kembali tanpa tanda-tanda pernah mengalami
suatu penyakit.
Allahu
Akbar. Alhamdulillah, ya Rabb, tidak ada yang tidak mungkin bagi-Mu. Cinta-Mu
selalu luar biasa untuk diri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar